Bahaya Pestisida dan Pentingnya Penggunaan Alat Pelindung Diri yang Benar
Bahaya Pestisida dan Pentingnya Penggunaan Alat
Pelindung Diri yang Benar
Sumber : kompastv.com
Indonesia adalah negara agraris dengan jumlah pekerja di sektor pertanian paling tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya. Kabupaten Jember dikenal sebagai salah satu sumber pertanian terbesar di Jawa Timur, dengan luas lahan pertanian (sawah) 86.144 ha, yakni 26,2% dari total wilayah kabupaten Jember (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Timur, 2016; Badan Pusat Statistik, 2020). Aktivitas di bidang pertanian sebagian besar menggunakan pestisida untuk memudahkan tanaman tumbuh tanpa gangguan hama, namun pestisida juga memiliki efek negatif dapat menyebabkan keracunan apabila terpapar. Tingkat mortalitas akibat keracunan pestisida di dunia sangat tingi mencapai 220.000 jiwa per tahun. Di Indonesia, jumlah kasus keracunan pestisida tercatat sebanyak 771 kasus selama tahun 2016 (Sentra Informasi Keracunan Nasional, 2016).
Petani merupakan salah satu mata pencaharian utama di Indonesia. Kegiatan petani di lahan pertanian tidak pernah lepas dari penggunaan pestisida meskipun pada dasarnya pestisida tidak hanya membahayakan bagi hama tanaman akan tetapi juga menyimpan potensi bahaya bagi buruh petani sebagai pengguna pestisida. Berbagai jenis pestisida beredar dan digunakan di Indonesia diantaranya adalah jenis organofosfat. Selai karena harganya yang terjangkau, organofosfat memiliki efektifitas yang baik dalam mengendalikan hama tanaman.
Mengingat kebutuhan dan kegunaan pestisida maka telah banyak produk pestisida yang beredar di masyarakat khususnya petani. Masing-masing jenis pestisida tersebut memiliki fungsi dan daya racun yang berbeda-beda. Disamping dapat membantu manusia dalam usaha mengatasi gangguan hama dan penyakit tumbuhan, ternyata penerapan pestisida memberi pengaruh yang besar terhadap organisme dan lingkungan lain yang bukan sasaran. Sebagian besar pestisida merupakan bahan kimia yang bersifat racun keras, tidak saja bersifat racun pada hama dan penyakit tumbuhan yang hendak dikendalikan tetapi juga berdampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Manusia sebagai tingkat trofik tertinggi dalam rantai makanan tidak luput dari efek buruk penggunaan pestisida baik secara langsung maupun tidak langsung.
Fenomena diatas menunjukkan betapa besarnya ketergantungan petani terhadap pestisida dan betapa besar resiko yang dihadapi petani dalam menggunakan pestisida. Berbagai jenis pestisida beredar dan digunakan di Indonesia diantaranya adalah jenis organofosfat. Selain karena harganya yang terjangkau, organofosfat memiliki efektifitas yang baik dalam mengendalikan hama tanaman. Kemampuan ini sebanding dengan bahaya organofosfat bagi kesehatan. Berbagai penelitian membuktikan bahwa pestisida organofosfat dan juga pestisida yang lain dapat menyebabkan gangguan kesehatan baik akut maupun kronis. Gangguan kesehatan dapat berupa gejala yang ringan hingga berat yang berakbat cacat atau kematian. Kejadian intoksikasi pestisida sebenarnya dapat dicegah. Salah satu upaya pencegahan yang bisa dilakukan adalah penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang baik dan benar. Para petani sebenarnya mengetahui tentang potensi bahaya pestisida dan pentingnya menggunakan APD pada saat menyemprotkan pestisida. Namun demkian, sebagian besar buruh petani tidak menggunakan APD standar dan tidak mengetahui bagaimana cara menggunakan APD yang benar. Mereka memilih untuk memakai APD sederhana yang mereka buat sendiri misalnya menggunakan kaos sebagai penutup kepala dan masker wajah alih-alih menggunakan topi, kacamata dan masker sebagai pelindung wajah dan kepala. Tindakan ini tentu saja tidak standar dan tidak dapat memberikan perlindungan yang sempurna. Pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan memiliki sasaran para buruh tani yang tinggal di desa Gayasan Kecamatan Jenggawah Kabupten Jember. Kegiatan pengabdian kepada masyaratak ini mengunakan metode penyuluhan dan pelathan pengguaan APD yang baik dan benar dibarengi dengan pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis bagi buruh tani dan masyarakat sekitar. Pengukuran tingkat pengetahuan diukur menggunakan kuisioner kemudian dibandingkan antara sebelum dan sesudah penyuluhan. Hasil yang didapatkan adalah peningkatan pengetahuan buruh tani akan bahaya pestisida dan penggunaan APD yang baik dan standar.
Sumber Referensi :
Karamoy Reinal Ferdinan, Melsje Y. Memah,
dan Grace A. J. Rumagit. 2017. Penerapan Fungsi Manajemen Dalam Kelompok Tani Cempaka Di Kelurahan Meras Kecamatan Bunaken Kota Manado. Artikel. AgriSosio-Ekonomi Unsrat, ISSN 1907–4298, 13(3) : 303 – 312.
Rathish, D. et al. (2016) ‘From organophosphate
poisoning to diabetes mellitus: The incretin effect. Medical Hypotheses, 91, pp. 53–55. doi:10.1016/j.mehy.2016.04.002.
Sentra Informasi Keracunan Nasional.
(2016). Grafik Kasus Keracunan Nasional tahun 2014 Berdasarkan Kelompok Penyebab. Badan POM.
Sukmayati, A., Raini, M. and Lastari, P. (2012).
Penelitian Kandungan Organofosfat Dalam Tomat Dan Slada Yang Beredar Di Beberapa Jenis Pasar Di Dki Jakarta. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan [Preprint]. doi:10.22435/mpk.v15i1Mar.1143.
Supangat, S., Firdaus, J., Sakinah, E. N.,
Inreswari, L., & Prasetyo, A. (2023). Peningkatan Pengetahuan Buruh Tani Akan Bahaya Pestisida dan Penggunaan Alat Pelindung Diri Yang Benar Melalui Penyuluhan. Journal of Community Development, 3(3), 279-284.
Komentar